PAGELARAN SENI BUDAYA NUSANTARA
Dalam festival tabot 2015, saya
mengangkat tema tentang beberapa karya seni yang ada dalam acara tabot Bengkulu,
mengenai Pagelaran Seni Budaya Nusantara dan Pemilihan Putri Hijab 2015. Acara
ini dilaksanakan pada hari ketiga tabot, tepatnya pada tanggal 15 Oktober 2015 mulai Jam 20.00
wib sampai dengan jam 23.30. Sedangkan Pemilihan putri hijab di laksanakan pada
hari keempat festival tabot, Pada tanggal 16 Oktober 2015 di jam yang sama . Rangkaian acara pagelaran seni budaya
nusantara dilaksanakan dengan beberapa seni tari yang ada di indonesia, pertunjukan seni tari pertama yaitu tari
SAMAN berasal dari Nanggro aceh darusalam, setelah itu di lanjutkan dengan seni
tari PERSEMBAHAN yang berasal dari Minang kabau
Sumatra Barat, selanjutnya tari TOR TOR Sumatra Utara, berikutnya tari MELAYU
ZAPIN DENDANG ASMARA dari Riau, dan di tutup dengan penampilan REOG PONOROGO
SINGO MANGGOLO Ponorogo Jawa Timur. Berikut adalah sinopsis dari tari-tari yang
telah di tampilkan pada Festival Tabot 2015, dan menurut apa yang yang di
bacakan pada saat sebelum tampil, selamat Membaca.
1.
TARI SAMAN
Tari Saman adalah salah satu tari yang sangat
terkenal di Aceh, yang berasal dari dataran tinggi Gayo, tari ini hanya
ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting (adat) dari masyarakat
Aceh. Saman adalah nama salah satu ulama besar aceh, syech saman. Tari
ini biasanya dilakukan berkelompok, sambil bernyanyi dengan posisi duduk
berlutut/berjajar dan bersyaf, tanpa menggunakan alat musik pengiring. Awalnya
dilakukan oleh pria saja namun karena perubahan zaman pengaruh pergaulan antara
lelaki dan perempuan akhirnya tari ini dilakukan oleh laki-laki dan perempuan,
dan biasanya dilakukan antara 8-10 orang penari. Tari saman adalah salah satu
tari yang cukup unik karena tingkat kesulitannya harus mengimbangi
pernafasannya untuk syair lagu dan geraknya. Serta gerak tepuk tangan dan
kepalanya.
2. TARI
PERSEMBAHAN
( Gelap Malam)
adalah salah satu seni tari tradisonal Minangkabau yang
berkembang diberbagai daerah di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Tarian ini
ditampilkan dalam acara penyambutan tamu yang dimaksudkan sebagai ucapan
selamat datang dan ungkapan rasa hormat kepada tamu kehormatan yang baru saja
sampai. Namun saat ini, tari pasambahan ditampilkan tidak hanya dalam acara
penyambutan tamu, tetapi juga dalam seni pementasan dan pertunjukan sebagai
sarana hiburan bagi masyarakat banyak.
Tari pasambahan ditampilkan saat kedatangan tamu yang datang
dari jauh, atau saat kedatangan pengantin pria kerumah pengantin wanita. Tamu
yang datang kemudian dipayungi dengan payung kebesaran sebagai penghormatan
terhadap tamu yang datang. Setelah tari pasambahan ditampilkan, kemudian acara
dilanjutkan dengan suguhan daun sirih dalam carano kepada sang tamu. Pada saat upacara pernikahan, suguhan
daun sirih diberikan kepada pengantin pria sebagai wakil dari rombongan. Daun
sirih di carano tersebut juga
biasanya disuguhkan kepada kedua orang tua pengantin.
3. TARI TOR TOR
Ketika kita dengar kata “Tor Tor Batak” maka
kita akan membayangkan sekelompok orang (Batak Toba) yang menari (manortor)
diiringi seperangkat alat musik tradisional (gondang sabangunan), dengan
gerakan tari yang riang gembira, melenggak-lenggok yang monoton, yang diadakan
pada sebuah pesta suka maupun duka di wilayah Tapanuli. Tari Tor Tor ini juga
sangat terkenal sampai ke penjuru dunia, ini terbukti dari banyaknya turis
mancanegara maupun lokal yang ingin belajar tarian ini, hal ini dikarenakan
masyarakat Batak yang pergi merantau pun dengan bangga selalu menampilkan Tari
Tor Tor Sumatera Utara ini dalam acara perhelatannya.
Tari Tor Tor merupakan salah satu jenis tari yang berasal
dari suku Batak di Pulau Sumatera. Sejak sekitar abad ke-13, Tari Tor Tor sudah
menjadi budaya suku Batak. Perkiraan tersebut dikemukakan oleh mantan
anggota anjungan Sumatera Utara 1973-2010 dan pakar Tari Tor Tor. Dulunya,
tradisi Tor Tor hanya ada dalam kehidupan masyarakat suku Batak yang berada di
kawasan Samosir, kawasan Toba dan sebagian kawasan Humbang. Namun, setelah
masukknya Kristen di kawasan Silindung, budaya ini dikenal dengan budaya
menyanyi dan tarian modern. Dikawasan Pahae dikenal dengan tarian gembira dan
lagu berpantun yang disebut tumba atau juga biasa disebut Pahae do mula ni
tumba. Sebelumnya, tarian ini biasa digunakan pada upacara ritual yang
dilakukan oleh beberapa patung yang terbuat dari batu yang sudah dimasuki roh,
kemudian patung batu tersebut akan “menari”.
4. ZAPIN DENDANG ASMARA
Zapin adalah
khazanah tarian rumpun Melayu yang menghibur sekaligus sarat pesan agama dan
pendidikan. Tari ini memiliki kaidah dan aturan yang tidak boleh diubah dari
masa ke masa namun keindahannya tak lekang begitu saja. Nikmati dendang musik
dan syairnya yang legit bak sajian megah langit biru dan jernihnya laut di
Kepulauan Riau.
Tari zapin dikembangkan berdasarkan
unsur sosial masyarakat dengan ungkapan ekspresi dan wajah batiniahnya. Tarian
ini lahir di lingkungan masyarakat Melayu Riau yang sarat dengan berbagai tata
nilai. Tarian indah dengan kekayaan ragam gerak ini awalnya lahir dari bentuk
permainan menggunakan kaki yang dimainkan laki-laki bangsa Arab dan Persia.
Dalam bahasa Arab, zapin disebut sebagai al
raqh wal zafn. Tari Zapin berkembang di Nusantara bersamaan dengan
penyebaran agama Islam yang dibawa pedagang Arab dari Hadramaut.
Gerak dan
ritme tari zapin merupakan media utama untuk mengungkapkan ekspresi penarinya. Anda
dapat meresapi pengalaman kehidupan, peristiwa sejarah, dan keadaan alam yang
menjadi sumber gerak dalam tari zapin.
5.
REOG
PONOROGO SINGO MANGGOLO
Kesenian Reog Ponorogo adalah salah
satu tradisi budaya nenek moyang bangsa Indonesia, khususnya Kabupaten
Ponorogo, Jawa Timur. Sejak lahirnya pada abad ke-15 kesenian Reog Ponorogo
memang sangat digemari oleh masyarakat, baik dari golongan bangsawan, maupun rakyat
jelata. Legenda Cerita Reog Ponorogo Menurut legenda Reog Ponorogo bermula dari
kisah Demang Ki Ageng Kutu Suryonggalan yang ingin menyindir Raja Majapahit,
Prabu Brawijaya V. Sang Prabu pada waktu itu sering tidak memenuhi kewajibannya
karena terlalu dipengaruhi dan dikendalikan oleh sang permaisuri. Oleh karena
itu dibuatlah barongan yang terbuat dari kulit macan gembong (harimau Jawa)
yang ditunggangi burung merak. Sang prabu dilambangkan sebagai harimau,
sedangkan merak yang menungganginya melambangkan sang permaisuri. Selain itu
agar sindirannya tersebut aman, Ki Ageng melindunginya dengan pasukan terlatih
yang diperkuat dengan jajaran para warok yang sakti mandraguna. Dimasa
kekuasaan Adipati Batorokatong yang memerintah Ponorogo sekitar 500 tahun lalu,
reog mulai berkembang menjadi kesenian rakyat. Pendamping Adipati yang bernama
Ki Ageng Mirah menggunakan reog untuk mengembangkan kekuasaannya. Reog
dimanfaatkan sebagai sarana mengumpulkan massa dan merupakan saluran komunikasi
yang efektif bagi penguasa pada waktu itu. Ki Ageng Mirah kemudian membuat
cerita legendaris mengenai Kerajaan Bantarangin yang oleh sebagian besar
masyarakat Ponorogo dipercaya sebagai sejarah. Adipati Batorokatong yang
beragama Islam juga memanfaatkan barongan ini untuk menyebarkan agama Islam.
Nama Singo Barong kemudian diubah menjadi Reog, yang berasal dari kata Riyoqun,
yang berarti khusnul khatimah yang bermakna walaupun sepanjang hidupnya
bergelimang dosa, namun bila akhirnya sadar dan bertaqwa kepada Allah, maka
mulialah akhirnya. Selanjutnya kesenian reog terus berkembang seiring dengan
perkembangan zaman. Kisah reog terus menyadur cerita ciptaan Ki Ageng Mirah
yang diteruskan mulut kemulut,dari generasi ke generasi.
Reog Ponorogo mengacu pada beberapa babad, Salah satunya adalah babad Kelana Sewandana. Babad Kelana Sewandana yang konon merupakan pakem asli seni pertunjukan reog. Mirip kisah Bandung Bondowoso dalam legenda Lara Jonggrang, Babad Klono Sewandono juga berkisah tentang cinta seorang raja bernama Sewandono dari Kerajaan Jenggala, yang hampir ditolak cintanya oleh Dewi Sanggalangit dari Kerajaan Kediri. Sang putri meminta Sewandono untuk memboyong seluruh isi hutan ke istana sebagai mas kawin. Demi memenuhi permintaan sang putri, Sewandono harus mengalahkan penunggu hutan, Singo Barong (Dadak Merak). Namun hal tersebut tentu saja tidak mudah. Para warok, prajurit, dan Patih dari Kerajaan Jenggala pun menjadi korban. Bersenjatakan cemeti pusaka Samandiman, Raja Sewandono turun sendiri ke gelanggang dan mengalahkan Singo Barong. Pertunjukan reog digambarkan dengan tarian para prajurit yang tak cuma didominasi para pria tetapi juga wanita dan dihiasi oleh gerak bringasan para warok, serta gagah dan gebyar kostum Sewandana, Sang Raja pencari cinta.
Reog Ponorogo mengacu pada beberapa babad, Salah satunya adalah babad Kelana Sewandana. Babad Kelana Sewandana yang konon merupakan pakem asli seni pertunjukan reog. Mirip kisah Bandung Bondowoso dalam legenda Lara Jonggrang, Babad Klono Sewandono juga berkisah tentang cinta seorang raja bernama Sewandono dari Kerajaan Jenggala, yang hampir ditolak cintanya oleh Dewi Sanggalangit dari Kerajaan Kediri. Sang putri meminta Sewandono untuk memboyong seluruh isi hutan ke istana sebagai mas kawin. Demi memenuhi permintaan sang putri, Sewandono harus mengalahkan penunggu hutan, Singo Barong (Dadak Merak). Namun hal tersebut tentu saja tidak mudah. Para warok, prajurit, dan Patih dari Kerajaan Jenggala pun menjadi korban. Bersenjatakan cemeti pusaka Samandiman, Raja Sewandono turun sendiri ke gelanggang dan mengalahkan Singo Barong. Pertunjukan reog digambarkan dengan tarian para prajurit yang tak cuma didominasi para pria tetapi juga wanita dan dihiasi oleh gerak bringasan para warok, serta gagah dan gebyar kostum Sewandana, Sang Raja pencari cinta.
Nah sinopsis-sinopsis tari di atas
itu adalah menurut apa yang saya dengar pada saat sebelum tampil, jadi sebagai
generasi penerus bangsa Indonesia, mari kita sama-sama menjaga dan melestarikan
peninggalan nenek moyang kita, agar anak cucu kita kelak dapat menikmati pula
peninggalan dari nenek moyang kita.
PEMILIHAN
PUTRI HIJAB 2015
Selanjutnya adalah Festival Tabot
dalam Pemilihan Putri Hijab 2015. Menurut yang saya lihat dan saya dengar
pemilihan putri hijab ini memang rutin dilakukan setiap tahunnya pada acara
yang sama, yaitu pada acara festival tabot. Acara pemilihan putri hijab yang di
ikuti dengan 20 finalis. Penilaian Pemilihan putri hijab ini tidak hanya
dilihat dari segi kecantikan, melainkan dari sisi pengetahuan dan intelektual.


Acara pemilihan putri hijab 2015 dibuka dengan
pembacaan ayat suci Al-Qur’an surah Al-Waqiah dan Al-Ikhlas, setelah itu di
lanjutkan dengan Sistem sambung Ayat yang mana setiap peserta membaca satu ayat
secara berurutan. Sistem sambung ayat ini juga termasuk salah satu penilaian
pada Pemilihan putri hijab. Selain itu penilaian juga di lakukan dengan cara
setiap peserta diberi pertanyaan yang berbeda-beda dan diberi waktu Satu Menit
untuk menjawabnya. Dari sanalah dapat di lihat ketangkasan berfikir dari setiap
finalis.
Jadi dapat di simpulkan bahwa
acara-acara ritual di atas itu dapat di ambil hikmahnya. Untuk generasi penerus
agar selalu meningkatkan kualitas Intelectual dan Sepititual mereka, agar
kedepanya mereka dapat menggantikan pemimpin-pemimpin bangsa yang dapat di
contoh pada saat ini, dan menjadikan Bangsa Indonesia menjadi Negara yang tidak
selalu di manfaatkan oleh negara-negara lain.
Sekian liputan tabot ini saya
laporkan kepada Ibu Dian
Muslimah,
S.sos, M.si
Terimakasih.
Mahasiswa
SRINITA
AMBARINI
NPM
: D1C015076