Minggu, 25 Oktober 2015

FESTIVAL TABOT 2015 ( Pagelaran Seni Budaya Nusantara & Pemilihan Putri Hijab 2015 )



PAGELARAN SENI BUDAYA NUSANTARA
Dalam festival tabot 2015, saya mengangkat tema tentang beberapa karya seni yang ada dalam acara tabot Bengkulu, mengenai Pagelaran Seni Budaya Nusantara dan Pemilihan Putri Hijab 2015. Acara ini dilaksanakan pada hari ketiga tabot, tepatnya  pada tanggal 15 Oktober 2015 mulai Jam 20.00 wib sampai dengan jam 23.30. Sedangkan Pemilihan putri hijab di laksanakan pada hari keempat festival tabot, Pada tanggal 16 Oktober 2015 di jam yang sama .  Rangkaian acara pagelaran seni budaya nusantara dilaksanakan dengan beberapa seni tari yang ada di indonesia,  pertunjukan seni tari pertama yaitu tari SAMAN berasal dari Nanggro aceh darusalam, setelah itu di lanjutkan dengan seni tari PERSEMBAHAN  yang berasal dari Minang kabau Sumatra Barat, selanjutnya tari TOR TOR Sumatra Utara, berikutnya tari MELAYU ZAPIN DENDANG ASMARA dari Riau, dan di tutup dengan penampilan REOG PONOROGO SINGO MANGGOLO Ponorogo Jawa Timur. Berikut adalah sinopsis dari tari-tari yang telah di tampilkan pada Festival Tabot 2015, dan menurut apa yang yang di bacakan pada saat sebelum tampil, selamat Membaca.

1.        TARI SAMAN
 Tari Saman adalah salah satu tari yang sangat terkenal di Aceh, yang berasal dari dataran tinggi Gayo, tari ini hanya ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting (adat) dari masyarakat Aceh. Saman adalah  nama salah satu ulama besar aceh, syech saman. Tari ini biasanya dilakukan berkelompok, sambil bernyanyi dengan posisi duduk berlutut/berjajar dan bersyaf, tanpa menggunakan alat musik pengiring. Awalnya dilakukan oleh pria saja namun karena perubahan zaman pengaruh pergaulan antara lelaki dan perempuan akhirnya tari ini dilakukan oleh laki-laki dan perempuan, dan biasanya dilakukan antara 8-10 orang penari. Tari saman adalah salah satu tari yang cukup unik karena tingkat kesulitannya harus mengimbangi pernafasannya untuk syair lagu dan geraknya. Serta gerak tepuk tangan dan kepalanya.

2.    TARI PERSEMBAHAN ( Gelap Malam)
adalah salah satu seni tari tradisonal Minangkabau yang berkembang diberbagai daerah di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Tarian ini ditampilkan dalam acara penyambutan tamu yang dimaksudkan sebagai ucapan selamat datang dan ungkapan rasa hormat kepada tamu kehormatan yang baru saja sampai. Namun saat ini, tari pasambahan ditampilkan tidak hanya dalam acara penyambutan tamu, tetapi juga dalam seni pementasan dan pertunjukan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat banyak.
Tari pasambahan ditampilkan saat kedatangan tamu yang datang dari jauh, atau saat kedatangan pengantin pria kerumah pengantin wanita. Tamu yang datang kemudian dipayungi dengan payung kebesaran sebagai penghormatan terhadap tamu yang datang. Setelah tari pasambahan ditampilkan, kemudian acara dilanjutkan dengan suguhan daun sirih dalam carano kepada sang tamu. Pada saat upacara pernikahan, suguhan daun sirih diberikan kepada pengantin pria sebagai wakil dari rombongan. Daun sirih di carano tersebut juga biasanya disuguhkan kepada kedua orang tua pengantin.
3.    TARI TOR TOR
Ketika kita dengar kata “Tor Tor Batak” maka kita akan membayangkan sekelompok orang (Batak Toba) yang menari (manortor) diiringi seperangkat alat musik tradisional (gondang sabangunan), dengan gerakan tari yang riang gembira, melenggak-lenggok yang monoton, yang diadakan pada sebuah pesta suka maupun duka di wilayah Tapanuli. Tari Tor Tor ini juga sangat terkenal sampai ke penjuru dunia, ini terbukti dari banyaknya turis mancanegara maupun lokal yang ingin belajar tarian ini, hal ini dikarenakan masyarakat Batak yang pergi merantau pun dengan bangga selalu menampilkan Tari Tor Tor Sumatera Utara ini dalam acara perhelatannya.
Tari Tor Tor merupakan salah satu jenis tari yang berasal dari suku Batak di Pulau Sumatera. Sejak sekitar abad ke-13, Tari Tor Tor sudah menjadi budaya suku Batak. Perkiraan tersebut dikemukakan oleh mantan anggota anjungan Sumatera Utara 1973-2010 dan pakar Tari Tor Tor. Dulunya, tradisi Tor Tor hanya ada dalam kehidupan masyarakat suku Batak yang berada di kawasan Samosir, kawasan Toba dan sebagian kawasan Humbang. Namun, setelah masukknya Kristen di kawasan Silindung, budaya ini dikenal dengan budaya menyanyi dan tarian modern. Dikawasan Pahae dikenal dengan tarian gembira dan lagu berpantun yang disebut tumba atau juga biasa disebut Pahae do mula ni tumba. Sebelumnya, tarian ini biasa digunakan pada upacara ritual yang dilakukan oleh beberapa patung yang terbuat dari batu yang sudah dimasuki roh, kemudian patung batu tersebut akan “menari”.
4.    ZAPIN DENDANG ASMARA 
Zapin adalah khazanah tarian rumpun Melayu yang menghibur sekaligus sarat pesan agama dan pendidikan. Tari ini memiliki kaidah dan aturan yang tidak boleh diubah dari masa ke masa namun keindahannya tak lekang begitu saja. Nikmati dendang musik dan syairnya yang legit bak sajian megah langit biru dan jernihnya laut di Kepulauan Riau.
Tari zapin dikembangkan berdasarkan unsur sosial masyarakat dengan ungkapan ekspresi dan wajah batiniahnya. Tarian ini lahir di lingkungan masyarakat Melayu Riau yang sarat dengan berbagai tata nilai. Tarian indah dengan kekayaan ragam gerak ini awalnya lahir dari bentuk permainan menggunakan kaki yang dimainkan laki-laki bangsa Arab dan Persia. Dalam bahasa Arab, zapin disebut sebagai al raqh wal zafn. Tari Zapin berkembang di Nusantara bersamaan dengan penyebaran agama Islam yang dibawa pedagang Arab dari Hadramaut. 
Gerak dan ritme tari zapin merupakan media utama untuk mengungkapkan ekspresi penarinya. Anda dapat meresapi pengalaman kehidupan, peristiwa sejarah, dan keadaan alam yang menjadi sumber gerak dalam tari zapin.

5.    REOG PONOROGO SINGO MANGGOLO
Kesenian Reog Ponorogo adalah salah satu tradisi budaya nenek moyang bangsa Indonesia, khususnya Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Sejak lahirnya pada abad ke-15 kesenian Reog Ponorogo memang sangat digemari oleh masyarakat, baik dari golongan bangsawan, maupun rakyat jelata. Legenda Cerita Reog Ponorogo Menurut legenda Reog Ponorogo bermula dari kisah Demang Ki Ageng Kutu Suryonggalan yang ingin menyindir Raja Majapahit, Prabu Brawijaya V. Sang Prabu pada waktu itu sering tidak memenuhi kewajibannya karena terlalu dipengaruhi dan dikendalikan oleh sang permaisuri. Oleh karena itu dibuatlah barongan yang terbuat dari kulit macan gembong (harimau Jawa) yang ditunggangi burung merak. Sang prabu dilambangkan sebagai harimau, sedangkan merak yang menungganginya melambangkan sang permaisuri. Selain itu agar sindirannya tersebut aman, Ki Ageng melindunginya dengan pasukan terlatih yang diperkuat dengan jajaran para warok yang sakti mandraguna. Dimasa kekuasaan Adipati Batorokatong yang memerintah Ponorogo sekitar 500 tahun lalu, reog mulai berkembang menjadi kesenian rakyat. Pendamping Adipati yang bernama Ki Ageng Mirah menggunakan reog untuk mengembangkan kekuasaannya. Reog dimanfaatkan sebagai sarana mengumpulkan massa dan merupakan saluran komunikasi yang efektif bagi penguasa pada waktu itu. Ki Ageng Mirah kemudian membuat cerita legendaris mengenai Kerajaan Bantarangin yang oleh sebagian besar masyarakat Ponorogo dipercaya sebagai sejarah. Adipati Batorokatong yang beragama Islam juga memanfaatkan barongan ini untuk menyebarkan agama Islam. Nama Singo Barong kemudian diubah menjadi Reog, yang berasal dari kata Riyoqun, yang berarti khusnul khatimah yang bermakna walaupun sepanjang hidupnya bergelimang dosa, namun bila akhirnya sadar dan bertaqwa kepada Allah, maka mulialah akhirnya. Selanjutnya kesenian reog terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Kisah reog terus menyadur cerita ciptaan Ki Ageng Mirah yang diteruskan mulut kemulut,dari generasi ke generasi.
Reog Ponorogo mengacu pada beberapa babad, Salah satunya adalah babad Kelana Sewandana. Babad Kelana Sewandana yang konon merupakan pakem asli seni pertunjukan reog. Mirip kisah Bandung Bondowoso dalam legenda Lara Jonggrang, Babad Klono Sewandono juga berkisah tentang cinta seorang raja bernama Sewandono dari Kerajaan Jenggala, yang hampir ditolak cintanya oleh Dewi Sanggalangit dari Kerajaan Kediri. Sang putri meminta Sewandono untuk memboyong seluruh isi hutan ke istana sebagai mas kawin. Demi memenuhi permintaan sang putri, Sewandono harus mengalahkan penunggu hutan, Singo Barong (Dadak Merak). Namun hal tersebut tentu saja tidak mudah. Para warok, prajurit, dan Patih dari Kerajaan Jenggala pun menjadi korban. Bersenjatakan cemeti pusaka Samandiman, Raja Sewandono turun sendiri ke gelanggang dan mengalahkan Singo Barong. Pertunjukan reog digambarkan dengan tarian para prajurit yang tak cuma didominasi para pria tetapi juga wanita dan dihiasi oleh gerak bringasan para warok, serta gagah dan gebyar kostum Sewandana, Sang Raja pencari cinta.
Nah sinopsis-sinopsis tari di atas itu adalah menurut apa yang saya dengar pada saat sebelum tampil, jadi sebagai generasi penerus bangsa Indonesia, mari kita sama-sama menjaga dan melestarikan peninggalan nenek moyang kita, agar anak cucu kita kelak dapat menikmati pula peninggalan dari nenek moyang kita.

PEMILIHAN PUTRI HIJAB 2015
Selanjutnya adalah Festival Tabot dalam Pemilihan Putri Hijab 2015. Menurut yang saya lihat dan saya dengar pemilihan putri hijab ini memang rutin dilakukan setiap tahunnya pada acara yang sama, yaitu pada acara festival tabot. Acara pemilihan putri hijab yang di ikuti dengan 20 finalis. Penilaian Pemilihan putri hijab ini tidak hanya dilihat dari segi kecantikan, melainkan dari sisi pengetahuan dan intelektual.
 Acara pemilihan putri hijab 2015 dibuka dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an surah Al-Waqiah dan Al-Ikhlas, setelah itu di lanjutkan dengan Sistem sambung Ayat yang mana setiap peserta membaca satu ayat secara berurutan. Sistem sambung ayat ini juga termasuk salah satu penilaian pada Pemilihan putri hijab. Selain itu penilaian juga di lakukan dengan cara setiap peserta diberi pertanyaan yang berbeda-beda dan diberi waktu Satu Menit untuk menjawabnya. Dari sanalah dapat di lihat ketangkasan berfikir dari setiap finalis.
Jadi dapat di simpulkan bahwa acara-acara ritual di atas itu dapat di ambil hikmahnya. Untuk generasi penerus agar selalu meningkatkan kualitas Intelectual dan Sepititual mereka, agar kedepanya mereka dapat menggantikan pemimpin-pemimpin bangsa yang dapat di contoh pada saat ini, dan menjadikan Bangsa Indonesia menjadi Negara yang tidak selalu di manfaatkan oleh negara-negara lain.   
Sekian liputan tabot ini saya laporkan kepada Ibu Dian Muslimah, S.sos, M.si  Terimakasih.

                                                    Mahasiswa


                                         SRINITA AMBARINI
                                            NPM : D1C015076